MAKALAH
PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“ASPEK SASARAN PELAYANAN KESEHATAN”
Disusun Oleh
Kelompok 3| 1C S1 Keperawatan :
ADITYA VERY ANGGORO 1020183154
M.GATOT RIZALDI 1020183151
SEPTA ADELIA PUTRI 1020183130
FEBRIANA WULANDARI 1020183141
HAFSHA LUTFIA SALSABILLA 1020183159
VIKA MIFTAKHUL M 1020183118
LILIK ANAWATI NINGSIH 1020183136
NOOR EKA YUNITASARI 020183151
NILA KHAROMATUNNISA 1020183112
NUR AINI 1020183149
FADHILLA SEKAR AJI 1020183155
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
Tahun 2018/2019
Alamat : Jl. Ganesha 1, Purwosari Kabupaten Kudus Jawa Tengah 59316
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmatNyalah akhirnya makalah ini telah selesai disusun untuk memenuhi
tugas Pendidikan dan Promosi Kesehatan.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun berupaya
mengumpulkan informasi dari berbagai referensi agar dapat merumuskan
pokok-pokok bahasan tentang.
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan
mahasiswa ataupun para pembacanya. Tentu saja makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf atas
segala kekurangan yang ada, kami selalu menanti saran dan kritik dari dosen
pembimbing maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Kudus, 21 Juni 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
1
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3
BAB I Pendahuluan
4
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. .4
BABII Pembahasan
A.
Definisi..............................................................................................................5
B.
Ruang
Lingkup...................................................................................................6
C.
Sasaran Promkes Tingkat Promotif...................................................................8
D.
Sasaran Promkes Tingkat Preventif..................................................................10
E.
Sasaran Promkes Tingkat Kuratif......................................................................11
F.
Sasaran Promkes Tingkat Rehabilitatif.............................................................16
G.
Dimensi Sasaran Promosi Dan Pendidikan Kesehatan.....................................24
BAB III Penutup.............................................................................................................25
Daftar
Pustaka...................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Upaya mewujudkan kesehatan masyarakat
di Indonesia terutama dilakukan dengan melakukan perubahan perilaku
kesehatan melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan meliputi kegiatan
pendidikan kesehatan disertai pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kesehatan
memiliki tujuan utama yaitu mengubah pengetahuan masyarakat agar terbentuk
perilaku sehat sesuai yang diharapkan. Peningkatan pengetahuan kesehatan
masyarakat diharapkan memicu sikap mendukung perilaku sehat, bila didukung
faktor pemungkin dan pendorong akan membentuk perilaku sehat. Proses pendidikan
kesehatan merupakan proses transfer informasi tentang kesehatan yang diharapkan
melalui komunikasi. Komponen komunikasi tersusun atas pengirim dan penerima
pesan, isi pesan, media dan efek dari pesan.
Media sebagai saluran informasi
merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan kesehatan. Memilih media
sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi metode yang
digunakanMedia pendidikan kesehatan pada hakekatnya alat bantu pendidikan
kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran pesan media pendidikan kesehatan
dapat dikelompokkan atas media cetak, media elektronik dan media papan
(billboard). Beberapa media cetak dikenal antara lain booklet, leaflet, selebaran
(flyer), lembar balik (flip chart), artikel atau rubrik, poster dan foto. Media
elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film strip dan sekarang
dikenal internet. Media papan berupa baliho biasanya dipasang di tempat-tempat
umum yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.Alat peraga yang dipergunakan dalam
pendidikan kesehatan dapat berupa alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar
(audio) atau kombinasi audio visual.
Penggunaan alat peraga memperhatikan
tujuan penggunaannya (sederhana dan kompleks), sasaran, tempat dan penggunanya.
Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan media pendidikan kesehatan
diharapkan analis laboratorium mampu menyampaikan informasi kesehatan terutama
preventif sehingga timbul perubahan perilaku kesehatan masyarakat agar lebih
mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan
kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis laboratorium untuk mengajak
masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan bukan hanya pada saat sakit
tetapi dimulai dari pencegahan penyakit serta meningkatkan kondisi kesehatannya
melalui deteksi dini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan promosi kesehatan ?
2. Apakah
syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik ?
3. Apakah
harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan ?
4. Bagaimana
langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi promosi kesehatan
2. Untuk
mengetahui syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
3. Untuk
mengetahui harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan
4. Untuk
mengetahui langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Promosi
Kesehatan
Istilah promosi kesehatan adalah
perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan pada tahun 1984 oleh WHO
dalam salah satu divisinya, yaitu Divisi Pendidikan Kesehatan (Division Health
Education) yang kemuian diubah menjadi Divisi Promosi kesehatan dan Pendidikan
(Division On Health Promotion and Education). Konsep ini dibuat oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2000 yang mulai disesuaikan dengan merubah Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan
sekarang menjadi pusat promosi kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi
pendidikan kesehatan pada masa lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan
bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan
hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan masyarakat
dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani
adanya perubahan perilaku seseorang. Hal ini yang menunjukkan berarti Promosi
Kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perbaikan yang merupakan perubahan perilaku, baik dalam masyarakat maupun
lingkungan organisasinya, serta lingkungan fisik dan non fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik.
Untuk mewujudkan perubahan kearah
perilaku hidup sehat di masyarakat tidak mudah begitu saja diwujudkan. Fakta
membuktikan dari pengalaman Negara maju dan Negara berkembang banyak faktor
penghambat dan salah satu faktor terbesar yang dirasakan adalah kurangnya
faktor pendukung berupa sarana dan prasarana dimasyarakat untuk berperilaku
hidup sehat. Walaupun kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
lingkungan, pentingnya gizi yang baik ,manfaat imunisasi, pelayanan kesehatan,
ventilasi rumah, pencahayaan yang baik, itu semua sudah cukup tinggi, tetapi
kalau tidak didukung oleh fasilitas pelengkap yaitu tersedianya jamban sehat,
air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, adanya pelayanan
kesehatan, kemudahan memperoleh rumah yang layak dan lain sebagainya maka
rasanya sangat sulit bagi mereka untuk dapat mewujudkan perilaku hidup sehat
sebagaimana yang diharapkan.
B.
Syarat
Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik
Syarat
tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik, yaitu:
1. Pimpinan
program dan pelaksana program mempunyai pengertian dan sikap yang positif
terhadap apa yang akan dilakukan dalam penyuluhan
2. Para
pimpinan yang memberi dukungan positif
3.
Tersedia anggaran biaya
untuk program penyuluhan
4. Unit
–unit penunjang dalam penyuluhan berfungsi dengan baik
C.
Harapan
Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan
Hasil
yang diharapkan dari rencana penyuluhan rencana promosi kesehatan adalah
sebagai berikut.
1. Sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
2. Sesuai
dengan kebutuhan program
3. Bersifat
praktis dan bisa dilaksanakan sesuai situasi setempat (fleksibel)
4. Ada
dukungan dari kebijaksanaan yang ada
D.
Langkah
dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan
1. Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan
yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data
tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun
data awal sebagai pembanding penilaian.
a. Mengenal
Masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan
yang dilakukan di antaranya :
1) Mengenal
program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
2) Mengenal
masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. Misalnya program mengenal
gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa ngilu dan
lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada
ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program penanggulangan kekurangan
vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi adalah xeroftalmia yang bisa
mengakibatkan kebutaan.
3) Dasar
pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan. Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap
masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga
perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap
masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama,
apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah
sudah bisa diatasi.
4) Pelajari
masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian,
sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang
menyebabkan masalah tersebut.
b. Mengenal
Masayarakat
Program
penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan
yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Jumlah
penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus
yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
2) Keadaan
sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan
masyarakat (apakah masih ada yang tidak bisa baca tulis), norma masyarakat
setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola
kepemimpinan yang diterapkan, adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh,
hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil
keputusan di masyarakat termasuk keluarga), pola partisipasi masyarakat setempat
dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata
pencaharian).
3) Pola
komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat,
siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan,
jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada
di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
4) Sumber
daya yang ada (resources)
a) Sarana
apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat
secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku
yang diharapkan.
b) Sarana
apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang
bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang
penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik
gizi.
c) Sarana
apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga
masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan
kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai RW, kelurahan,
sekolah, masjid, dan tempat lainnya.
d) Sumber
daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan,
tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang
penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada
masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan
dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat
membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
5) Pengalaman
masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,
terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif/negatif terhadap
penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang
memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
6) Pengalaman
masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF
atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah
tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.
c. Mengenal
Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik
jika yang melaksanakan program tersebut mengetahui benar situasi lapangan.
Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
1) Lokasinya,
apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar
atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
2) Sifatnya,
kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber
air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.
2. Menentukan Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan
dengan prioritas masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari
penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program
berjalan sendiri. Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka
penyuluhan harus mengambil masalah yang beresiko syok yang mengakibatkan pada
ancaman kematian pasien sebagai masalah prioritas dan menngembangkan segi
penyuluhan. Jika nanti dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan
memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala
pusing, sendi terasa nyilu, dan lemas merupak interfensi yang diprioritaskan,
maka penyuluhan harus ditunjang dengan interfensi yang diprioritaskan.
Penentuan prioritas bisa berdasarkan berbagai pertimbangan.
Tahap-tahap
Penyuluhan:
a. Berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan
upaya penanggulangannya.
b. Pertimbangan
politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
c. Berdasarkan
sumber daya yang ada.
3.
Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan
diantaranya adalah tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada
terciptanya prilaku sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi
perubahan status kesehatan yang optimal. Tujuan tentunya harus jelas, realistis
(bisa dicapai) dan dapat diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan
dikembangkan dari segi penyuluhannya adalah sudah berapa lama program tersebut
berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan. Berikut
cara menentukan tujuan penyuluhan:
a. Seberapa
jauh penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
b. Kalau
sudah masuk, apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
c. Apa
kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini
perlu agar petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.
4. Menentukan Sasaran Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan
tidak selalu sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran
seperti individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran
menyangkut pula strategi. Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar
kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal
ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga
pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga atau
mungkin anggota keluarga yang non-lansia bisa diikutsertakan dengan harapan
mereka bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam
lansia.
5. Menentukan
Isi Penyuluhan
Setelah tujuan, sasaran, situasi,
masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat
ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga
disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana
yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi
perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.
6.
Menentukan Metode
Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode
diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik
harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau
relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa
tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun
metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang
cukup tentang penerapan, metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu
yang berbeda.
Pemberian
pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi waktu dan atau tempat yang
berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang berbeda. Demikian juga
sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan
metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Ketepatan pemilihan
metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu
sendiri.
a. Jenis
Metode
Secara
garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah
atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi
karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya:
ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio
yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak). Metode sokratik. Metode
ini dilakukan secara dua arah (two ways method). Dengan metode ini, kemungkinan
antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya:
diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, demonstrasi,
studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode
dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Metode
Pendidikan Individual (Perorangan)
2) Metode
Pendidikan Kelompok
3) Metode
Pendidikan Massa
b. Aspek
Penilaian Metode
Pemilihan
metode belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Disesuaikan
dengan tujuan pendidikan
2) Bergantung
pada kemampuan pendidiknya
3) Bergantung
pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
4) Harus
disesuaikan dengan waktu penyampaian pesan
5) Mempertimbangkan
fasilitas-fasilitas yang ada
c. Klasifikasi
Metode
Menurut
Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
1)
Metode pendidikan
inividu
a) Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan
berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran.
Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman
diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak
langsung.
Konseling
adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseling (peserta pendidik)
mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian
dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi utama dalam
proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor
di pusat pendidikan. Konseling membantu konseling dalam masalah-masalah pribadi
(sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat
memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan
kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Proses konseling terdiri
atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu :
i). Tahap
awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan
ii). Tahap
pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang
akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien
iii).
Tahap akhir. Ditandai
oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif,
sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan
terjadi perubahan sikap
b)
Wawancara
Cara
ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas
dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat.
2)
Metode pendidikan
kelompok
Metode kelompok dibagi
menjadi 2 yaitu:
a)
Kelompok Besar
Sasarannya berjumlah
lebih dari 15 orang, dapat menggunakan metode ceramah dan seminar.
i). Ceramah
Metode ini baik untuk
sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.
Persiapan : Ceramah
yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan
diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi
dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,
slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan : Kunci
dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai
sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis),
penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan yang
meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras
dan jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di
depan (di pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat.
ii). Seminar
Metode ini digunakan
untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)
dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting
iii).
Kelompok Kecil
Peserta kegiatan dalam
kelompok kecil berjumlah kurang dari 15 orang.
iv). Diskusi
Kelompok
Dalam diskusi kelompok
agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka
harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi,
pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
v). Curah
pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan
modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
vi). Bola
Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam
pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan
atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi
satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya
akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
vii).
Kelompok-kelompok Kecil
(Buzz Group)
Kelompok langsung
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi
suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain,
Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil
dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
viii).
Bermain peran (Role
Play)
Dalam metode ini
beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk
memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
ix). Permainan
Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan
gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan
disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco
(petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3)
Metode pendidikan massa
Metode
pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti
tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan
secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut
ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni:
a) Ceramah
umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan
massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b) Pidato-pidato/
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c) Simulasi,
dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
d) Tulisan-tulisan
di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau
konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
e) Bill
Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
7.
Menentukan Media
Penyuluhan
a. Memilih
Alat bantu (Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1)
Pengertian
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai
alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses
pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui
pancaindera. Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak
pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.
2)
Intensitas Alat Bantu
Alat peraga atau media
mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan seseorang.
Sebagai contoh, Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam
suatu kerucut. Alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi
adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata.
Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang
efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang
digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapi gabungan dari beberapa media.
3)
Faedah Alat Bantu Promosi
(Kesehatan)
Manfaat alat peraga
adalah:
a) Menimbulkan
minat sasaran
b) Mencapai
sasaran yang lebih banyak
c) Membantu
mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d) Merangsang
sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
e) Memudahkan
penyampaian informasi
f) Memudahkan
penerimaan informasi oleh sasaran
g) Menurut
penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata.
Biasanya pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan
sebagian lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi
pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena
akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h) Mendorong
keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)
Membantu menegakkan
pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima
sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.
4)
Macam- macam Alat Bantu
Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga
secara umum yaitu:
a) Alat
bantu lihat (visual aids)
Alat bantu ini
digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu
terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk:
i).
Alat yang diproyeksikan
(misalnya, slide, OHP, dan film strip)
ii).
Alat-alat yang tidak
diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan bagan) termasuk alat bantu
cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk
tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b) Alat
bantu dengar (audio aids)
Alat yang dapat
membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian
bahan pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya: piring hitam, radio, tape, dan CD.
Alat bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
Pembagian Alat Peraga
Berdasarkan Fungsinya
i). Media
cetak
-
Booklet: Media untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan
maupun gambar
-
Leaflet: Bentuk
penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
-
Flyer (selebaran): Berbentuk seperti leaflet, tetapi
tidak dilipat.
-
Flip chart (lembar
balik): Biasanya dalm bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang
diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan
atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
-
Rubrik atau
tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah: Membahas suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
-
Poster: Bentuk media
yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel
didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat
pemberitahuan dan propaganda.
-
Foto: Mengungkap
informasi kesehatan.
ii). Media
elektronik
-
Televisi: Penyampaian
pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron,
forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
-
Radio: Bentuk
penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi
kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
-
Video: Penyampaian
informasi kesehatan melalui video.
-
Slide: Slide dapat juga
digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
iii).
Media papan (billboard)
Media papan yang
dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan.
Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan
ditempel di kendaraan umum.
iv). Media
hiburan
Penyampaian informasi
kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung (panggung
terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama,
kesenian tradisional, dan pemeran.
5)
Sasaran yang Dicapai
Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan
tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk
dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat peraga
harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai. Hal yang
perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut:
a) Individu
atau kelompok
b) Kategori
sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c) Bahasa
d) Adat
istiadat serta kebiasaan
e) Minat
dan perhatian
f) Pengetahuan
dan pengalaman tentang pesan yang akan diterima
Pembagian
Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya, yaitu:
a) Alat
bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide. Dalam penggunaanya, alat
bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b) Alat
bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang
mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, dan kertas karton.
Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat
diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan
kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan
mudah dimengerti oleh masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan
masyarakat.
Contoh alat
bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran atau tatanan yang sesuai
yaitu:
a) Di
rumah tangga: leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan dan sayur-sayuran).
b) Di
masyarakat: poster, spanduk, leaflet, fannel graph, dan boneka wayang.
c) Di
kantor atau sekolah: seperti papan tulis, filpchart, poster, leaflet, buku
cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka.
6) Cara
Menggunakan Alat Bantu
a) Senyum
adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
b) Tunjukkan
perhatian bahwa hal yang akan disampaikan adalah penting
c) Pandangan
mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan control pihak
pendidik.
d) Gaya
bicara hendaknya bervariasi agar pendengar tidak bosan dan mengantuk.
e) Ikut
sertakan para peserta/ pendengar dan berikan kesempatan untuk memegang dan atau
mencoba alat- alat tersebut.
f) Bila
perlu diberi selingan humor untuk menghidupkan suasana dan sebagainya.
b. Media
Promosi Kesehatan
Media
promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat
dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan
(Soekidjo, 2005).
1) Tujuan
Media Promosi, yaitu:
a) Media
dapat mempermudah penyampaian informasi.
b) Media
dapat menghindari kesalahan persepsi.
c) Media
dapat memperjelas informasi.
d) Media
dapat mempermudah pengertian.
e) Media
dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
f) Media
dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
g) Media
dapat memperlancar komunikasi.
2) Langkah-Langkah
Penetapan Media
Langkah-langkah
dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Menetapkan
tujuan
Tujuan harus relaistis,
jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur,
seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran
dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan
merancang evaluasi.
b) Menetapkan
segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran
adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat
menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen,
menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan
TUJUAN
penempatan media.
c) Memposisikan
pesan (positioning)
Memposisikan pesan
adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa
saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk
citra.
d) Menentukan
strategi positioning
Identifikasi para
pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing, menganalisis
preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta
mengikuti perkembangan posisi.
e) Memilih
media promosi kesehatan
Pemilihan media
didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan
dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan
beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan,
frekuensi, dan efektivitas pesan.
8. Menyusun
Rencana Penilaian
a. Dirumuskan
apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas mencantumkan kapan
akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta siapa kelompok sasaran yang
akan dievaluasi.
b. Indikator
apa yang digunakan dalam penilaian.
c. Perlu
dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
d. Kegiatan-kegiatan
penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
e. Metode
dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi.
f. Siapa
yang akan melaksanakan evaluasi.
g. Sarana-sarana
(peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan dalam evaluasi, dan
dimana sarana tersebut bisa diperoleh.
h. Apakah
ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan
melaksanakan evaluasi.
i. Bagaiman
rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para pimpinan
program.
9. Menyusun
Rencana Kerja atau Pelaksanaannya
Setelah
pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu tempat dan
pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang dicantumkan dalam suatu
daftar. Jadwal pelaksanaan bermacam-macam, misalnya PERT (Program, Evaluation
Riview, Technic), RAGPIE (Recources, Activity, Gol, Planning, Implementation
Evaluation).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Promosi
kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu,
sebagaimana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat dalam konsep promosi kesehatan dalam hal pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya
bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang. Dalam promosi
kesehatan ada hal yang perlu diperhatikan yakni :
1. Syarat
tercapaiannya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
2. Harapan
rencana penyuluhan promosi kesehatan
3. Langkah
dalam perencanaan penyuluhan promosi kesehatan:
a. Mengenal
masalah, masyarakat, dan wilayah
b. Menentukan
prioritas masalah
c. Menentukan
tujuan penyuluhan
d. Menentukan
sasaran penyuluhan
e. Menentukan
isi penyuluhan
f. Menentukan
metode penyuluhan
g. Menentukan
media penyuluhan
h. Membuat
rencana penilaian (evaluasi)
i.
Membuat rencana jadwal
pelaksanaan
Dengan
memperhatikan hal tersebut, promosi kesehatan yang akan dilakukan akan berjalan
sesuai dengan rencana dan harapan yang diinginkan.
No comments:
Post a Comment