Pages

Wednesday, 30 October 2019

TELENURSING


DEFINISI
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011)
MANFAAT
a.    Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi     kunjungan  ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
b.    Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
c.     Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
d.    Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis  memerlukan pengkajian yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi. 
e.    Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
CIRI-CIRI TELEMEDICINE
1)        Interaktif
2)        Biaya telekomunikasi
3)        Biaya teknologi
4)        Transimi multimedia
5)        Response time
6)        Konsultan dapat mengumpulkan data riwayat dan pemeriksaan pasien
7)        Berakibat pada hubungan pasien-konsultan
8)        Berguna untuk pelayanan primer
9)        Menyenangkan atas pelayanan kesehatan
10)    Mudah dijadwalkan
11)    Perlu menyiapkan kebutuhan data bagi konsultan
12)    Menurunkan biaya tatap muka
(Boy, S. 2007)
MEDIA TELENURSING
1)      Telepon (telepon selular)
2)      Personal digital system (PDA)
3)      Mesin faksimili (faks)
4)      Internet
5)      Video atau audio conferencing
6)      Teleradiolog
7)      Komputer sistem informasi
8)      Teleborotic

KEUNTUNGAN TELENURSING
1)   Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu
2)   Mempersingkat hari rawatan dan mengurangi biaya perawatan
3)   Membnatu memenuhi kebutuhan kesehatan
4)   Memudahkan akses petugas kesehatan yang berasa di daerah yang terisolasi
5)   Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatrik yang perlu perawatan di rumah dengan jarak jauh dari pelayanan kesehatan
6)   Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 2007) 
PRINSIP-PRINSIP TELENURSING
Prinsip-prinsip telenursing adalah : tidak mengubah sifat dasar dari praktek asuahan keperawatan, dimana perawat terlibat dalam telenursing mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat juga terlibat dalam informasi, pendidikan, arahan dan dukungan secara pribadi dalam telenursing hubungan ditetapkan melalui penggunaan telepon, komputer, internet atau teknologi komunikasi lainnya

APLIKASI TELENURSING
Telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan sistem monitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui sistem interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner dan persyarafan. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam managemen penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1)      Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT Scan, foto rontgen, dsb.
2)      Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.
3)      Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah, nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
4)      Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan mereka.
5)      Membantu operasi klien dari jarak jauh.
6)      Menggunakan video konference untuk menyediakan sesi pendidikan keperawatan berkelanjutan.
7)      Mengembangkan website untuk memberikan informasi kesehatan dan waktu konseling

KEKURANGAN TELENURSING
Kekhawatiran dengan adanya telenursing ini adalah tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekhawatiran ini muncul karena beranggapan kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi, meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.



Contoh Media SAP (leaflet)

Promosi kesehatan adalah perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan pada tahun 1984 oleh WHO dalam salah satu divisinya, yaitu Divisi Pendidikan Kesehatan (Division Health Education) yang kemuian diubah menjadi Divisi Promosi kesehatan dan Pendidikan (Division On Health Promotion and Education). Konsep ini dibuat oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2000 yang mulai disesuaikan dengan merubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan sekarang menjadi pusat promosi kesehatan.
Nah di dalam Promosi Kesehatan ada yang dinamakan SAP. SAP atau Satuan Acara Penyuluhan adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara.  Penyusunan SAP terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup.
Media yang akan digunakan untuk promkes yaitu ada leaflet, brosur, lembar balik, powepoint, dan masih banyak lagi. Namun kali ini saya hanya memberikan satu contoh medianya yaitu leaflet.





Makalah SAP


MAKALAH
PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“ASPEK SASARAN PELAYANAN KESEHATAN”


Disusun Oleh
Kelompok 3| 1C S1 Keperawatan :
ADITYA VERY ANGGORO 1020183154
M.GATOT RIZALDI 1020183151
SEPTA ADELIA PUTRI 1020183130
FEBRIANA WULANDARI 1020183141
HAFSHA LUTFIA SALSABILLA 1020183159
VIKA MIFTAKHUL M 1020183118
LILIK ANAWATI NINGSIH 1020183136
NOOR EKA YUNITASARI 020183151
NILA KHAROMATUNNISA 1020183112
NUR AINI 1020183149
FADHILLA SEKAR AJI 1020183155



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
Tahun 2018/2019
Alamat : Jl. Ganesha 1, Purwosari Kabupaten Kudus Jawa Tengah 59316




KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNyalah akhirnya makalah ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan dan Promosi Kesehatan.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun berupaya mengumpulkan informasi dari berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan tentang.
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan mahasiswa ataupun para pembacanya. Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada, kami selalu menanti saran dan kritik dari dosen pembimbing maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.



Kudus, 21 Juni 2019


Penulis


  

DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. .4
BABII Pembahasan
A.     Definisi..............................................................................................................5
B.     Ruang Lingkup...................................................................................................6
C.     Sasaran Promkes Tingkat Promotif...................................................................8
D.     Sasaran Promkes Tingkat Preventif..................................................................10
E.      Sasaran Promkes Tingkat Kuratif......................................................................11
F.      Sasaran Promkes Tingkat Rehabilitatif.............................................................16
G.     Dimensi Sasaran Promosi Dan Pendidikan Kesehatan.....................................24
BAB III Penutup.............................................................................................................25
Daftar Pustaka...................................................................................................................26
  




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Upaya mewujudkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama dilakukan dengan  melakukan perubahan perilaku kesehatan melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan meliputi kegiatan pendidikan kesehatan disertai pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama yaitu mengubah pengetahuan masyarakat agar terbentuk perilaku sehat sesuai yang diharapkan. Peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat diharapkan memicu sikap mendukung perilaku sehat, bila didukung faktor pemungkin dan pendorong akan membentuk perilaku sehat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses transfer informasi tentang kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen komunikasi tersusun atas pengirim dan penerima pesan, isi pesan, media dan efek dari pesan.
Media sebagai saluran informasi merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan kesehatan. Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi metode yang digunakanMedia pendidikan kesehatan pada hakekatnya alat bantu pendidikan kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran pesan media pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan atas media cetak, media elektronik dan media papan (billboard). Beberapa media cetak dikenal antara lain booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), artikel atau rubrik, poster dan foto. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film strip dan sekarang dikenal internet. Media papan berupa baliho biasanya dipasang di tempat-tempat umum yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.Alat peraga yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat berupa alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio) atau kombinasi audio visual.
Penggunaan alat peraga memperhatikan tujuan penggunaannya (sederhana dan kompleks), sasaran, tempat dan penggunanya. Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan media pendidikan kesehatan diharapkan analis laboratorium mampu menyampaikan informasi kesehatan terutama preventif sehingga timbul perubahan perilaku kesehatan masyarakat agar lebih mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis laboratorium untuk mengajak masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan bukan hanya pada saat sakit tetapi dimulai dari pencegahan penyakit serta meningkatkan kondisi kesehatannya melalui deteksi dini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan ?
2.      Apakah syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik ?
3.      Apakah harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan ?
4.      Bagaimana langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi promosi kesehatan
2.      Untuk mengetahui syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
3.      Untuk mengetahui harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan
4.      Untuk mengetahui langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Promosi Kesehatan
Istilah promosi kesehatan adalah perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan pada tahun 1984 oleh WHO dalam salah satu divisinya, yaitu Divisi Pendidikan Kesehatan (Division Health Education) yang kemuian diubah menjadi Divisi Promosi kesehatan dan Pendidikan (Division On Health Promotion and Education). Konsep ini dibuat oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2000 yang mulai disesuaikan dengan merubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan sekarang menjadi pusat promosi kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang. Hal ini yang menunjukkan berarti Promosi Kesehatan merupakan program  kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan yang merupakan perubahan perilaku, baik dalam masyarakat maupun lingkungan organisasinya, serta lingkungan fisik dan non fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Untuk mewujudkan perubahan kearah perilaku hidup sehat di masyarakat tidak mudah begitu saja diwujudkan. Fakta membuktikan dari pengalaman Negara maju dan Negara berkembang banyak faktor penghambat dan salah satu faktor terbesar yang dirasakan adalah kurangnya faktor pendukung berupa sarana dan prasarana dimasyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Walaupun kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, pentingnya gizi yang baik ,manfaat imunisasi, pelayanan kesehatan, ventilasi rumah, pencahayaan yang baik, itu semua sudah cukup tinggi, tetapi kalau tidak didukung oleh fasilitas pelengkap yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, adanya pelayanan kesehatan, kemudahan memperoleh rumah yang layak dan lain sebagainya maka rasanya sangat sulit bagi mereka untuk dapat mewujudkan perilaku hidup sehat sebagaimana yang diharapkan.

B.     Syarat Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik
Syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik, yaitu:
1.      Pimpinan program dan pelaksana program mempunyai pengertian dan sikap yang positif terhadap apa yang akan dilakukan dalam penyuluhan
2.      Para pimpinan yang memberi dukungan positif
3.      Tersedia anggaran biaya untuk program penyuluhan                            
4.      Unit –unit penunjang dalam penyuluhan berfungsi dengan baik

C.    Harapan Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan
Hasil yang diharapkan dari rencana penyuluhan rencana promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
1.      Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2.      Sesuai dengan kebutuhan program
3.      Bersifat praktis dan bisa dilaksanakan sesuai situasi setempat (fleksibel)
4.      Ada dukungan dari kebijaksanaan yang ada

D.    Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan
1.    Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
a.       Mengenal Masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
1)      Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
2)      Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. Misalnya program mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
3)      Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan. Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama, apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah sudah bisa diatasi.
4)      Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
b.      Mengenal Masayarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
1)      Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
2)      Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tidak bisa baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang diterapkan, adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga), pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
3)      Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
4)      Sumber daya yang ada (resources)
a)     Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang diharapkan.
b)     Sarana apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
c)     Sarana apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai RW, kelurahan, sekolah, masjid, dan tempat lainnya.
d)    Sumber daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
5)      Pengalaman masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif/negatif terhadap penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
6)      Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.
c.       Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
1)      Lokasinya, apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
2)      Sifatnya, kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.

2.      Menentukan Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program berjalan sendiri. Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka penyuluhan harus mengambil masalah yang beresiko syok yang mengakibatkan pada ancaman kematian pasien sebagai masalah prioritas dan menngembangkan segi penyuluhan. Jika nanti dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa nyilu, dan lemas merupak interfensi yang diprioritaskan, maka penyuluhan harus ditunjang dengan interfensi yang diprioritaskan. Penentuan prioritas bisa berdasarkan berbagai pertimbangan.
Tahap-tahap Penyuluhan:
a.       Berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan upaya penanggulangannya.
b.      Pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
c.       Berdasarkan sumber daya yang ada.

3.      Menentukan Tujuan Penyuluhan     
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status kesehatan yang optimal. Tujuan tentunya harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan dikembangkan dari segi penyuluhannya adalah sudah berapa lama program tersebut berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan. Berikut cara menentukan tujuan penyuluhan:
a.       Seberapa jauh penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
b.      Kalau sudah masuk, apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
c.       Apa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.

4.      Menentukan Sasaran Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut pula strategi. Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga atau mungkin anggota keluarga yang non-lansia bisa diikutsertakan dengan harapan mereka bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.

5.     Menentukan Isi Penyuluhan
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.

6.        Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan, metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi waktu dan atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Ketepatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.
a.       Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak). Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah (two ways method). Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)      Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
2)      Metode Pendidikan Kelompok
3)      Metode Pendidikan Massa
b.      Aspek Penilaian Metode
Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1)      Disesuaikan dengan tujuan pendidikan
2)      Bergantung pada kemampuan pendidiknya
3)      Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
4)      Harus disesuaikan dengan waktu penyampaian pesan
5)      Mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada
c.       Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
1)        Metode pendidikan inividu
a)    Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseling (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konseling dalam masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu :
                                                                          i).     Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan
                                                                        ii).     Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien
                                                                      iii).     Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap
b)        Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2)        Metode pendidikan kelompok
Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu:
a)        Kelompok Besar
Sasarannya berjumlah lebih dari 15 orang, dapat menggunakan metode ceramah dan seminar.
                                                                               i).     Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.
Persiapan : Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan : Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat.
                                                                             ii).     Seminar
Metode ini digunakan untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting
                                                                           iii).     Kelompok Kecil
Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang dari 15 orang.
                                                                           iv).     Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
                                                                             v).     Curah pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
                                                                           vi).     Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan  masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
                                                                         vii).     Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil  (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil  dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
                                                                       viii).     Bermain peran (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
                                                                           ix).     Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3)        Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni:
a)      Ceramah umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk      menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari  KB juga merupakan salah satu bentuk    pendekatan massa.
b)      Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c)      Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d)     Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
e)      Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

7.        Menentukan Media Penyuluhan
a.    Memilih Alat bantu (Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1)        Pengertian
Media adalah  alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui pancaindera. Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.
2)        Intensitas Alat Bantu
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Sebagai contoh, Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut. Alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapi gabungan dari beberapa media.
3)        Faedah Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Manfaat alat peraga adalah:
a)      Menimbulkan minat sasaran
b)      Mencapai sasaran yang lebih banyak
c)      Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d)     Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
e)      Memudahkan penyampaian informasi
f)       Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g)      Menurut penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Biasanya pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan sebagian lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h)      Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)        Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.
4)        Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga secara umum yaitu:
a)      Alat bantu lihat (visual aids)
Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk:
                                                                            i).            Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)
                                                                          ii).            Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b)      Alat bantu dengar (audio aids)
Alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya: piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
Pembagian Alat Peraga Berdasarkan Fungsinya
                                                                          i).     Media cetak
-        Booklet: Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
-        Leaflet: Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
-        Flyer (selebaran): Berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat.
-        Flip chart (lembar balik): Biasanya dalm bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
-        Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah: Membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
-        Poster: Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan dan propaganda.
-        Foto: Mengungkap informasi kesehatan.
                                                                        ii).     Media elektronik
-        Televisi: Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
-        Radio: Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
-        Video: Penyampaian informasi kesehatan melalui video.
-        Slide: Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
                                                                      iii).     Media papan (billboard)
Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum.
                                                                      iv).     Media hiburan
Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam  bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional, dan pemeran.
5)        Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut:
a)      Individu atau kelompok
b)      Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c)      Bahasa
d)     Adat istiadat serta kebiasaan
e)      Minat dan perhatian
f)       Pengetahuan dan pengalaman tentang pesan yang akan diterima
Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya, yaitu:
a)      Alat bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide. Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b)      Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, dan kertas karton. Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Contoh alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran atau tatanan yang sesuai yaitu:
a)      Di rumah tangga: leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan dan sayur-sayuran).
b)      Di masyarakat: poster, spanduk, leaflet, fannel graph, dan boneka wayang.
c)      Di kantor atau sekolah: seperti papan tulis, filpchart, poster, leaflet, buku cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka.
6)   Cara Menggunakan Alat Bantu
a)      Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
b)      Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan disampaikan adalah penting
c)      Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan control pihak pendidik.
d)     Gaya bicara hendaknya bervariasi agar pendengar tidak bosan dan mengantuk.
e)      Ikut sertakan para peserta/ pendengar dan berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat- alat tersebut.
f)       Bila perlu diberi selingan humor untuk menghidupkan suasana dan sebagainya.

b.      Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
1)   Tujuan Media Promosi, yaitu:
a)      Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b)      Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c)      Media dapat memperjelas informasi.
d)     Media dapat mempermudah pengertian.
e)      Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
f)       Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
g)      Media dapat memperlancar komunikasi.
2)      Langkah-Langkah Penetapan Media
Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
a)      Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
b)      Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan TUJUAN
penempatan media.
c)      Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra.
d)     Menentukan strategi positioning
Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi.
e)      Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

8.      Menyusun Rencana Penilaian
a.    Dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas mencantumkan kapan akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta siapa kelompok sasaran yang akan dievaluasi.
b.    Indikator apa yang digunakan dalam penilaian.
c.    Perlu dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
d.   Kegiatan-kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
e.    Metode dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi.
f.     Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
g.    Sarana-sarana (peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan dalam evaluasi, dan dimana sarana tersebut bisa diperoleh.
h.    Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan melaksanakan evaluasi.
i.      Bagaiman rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para pimpinan program. 

9.      Menyusun Rencana Kerja atau Pelaksanaannya
Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu tempat dan pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang dicantumkan dalam suatu daftar. Jadwal pelaksanaan bermacam-macam, misalnya PERT (Program, Evaluation Riview, Technic), RAGPIE (Recources, Activity, Gol, Planning, Implementation Evaluation).






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, sebagaimana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang. Dalam promosi kesehatan ada hal yang perlu diperhatikan yakni :
1.      Syarat tercapaiannya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
2.      Harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan
3.      Langkah dalam perencanaan penyuluhan promosi kesehatan:
a.       Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
b.      Menentukan prioritas masalah
c.       Menentukan tujuan penyuluhan
d.      Menentukan sasaran penyuluhan
e.       Menentukan isi penyuluhan
f.       Menentukan metode penyuluhan
g.      Menentukan media penyuluhan
h.      Membuat rencana penilaian (evaluasi)
i.        Membuat rencana jadwal pelaksanaan
Dengan memperhatikan hal tersebut, promosi kesehatan yang akan dilakukan akan berjalan sesuai dengan rencana dan harapan yang diinginkan.